Sabtu, 06 April 2013

ANALISIS KRITIS ARTIKEL TENTANG PENILAIAN BERBASIS KELAS






ANALISIS KRITIS ARTIKEL
TENTANG PENILAIAN BERBASIS KELAS
[Disusun guna memenuhi tugas matsa kuliah Evaluasi Hasil Belajar]





Oleh :

Wontin Muyassaroh                                  (110210153005)








PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013



1.    IDENTITAS ARTIKEL
v Nama Penulis                 : H Purwanta
v Tahun Penulisan            : 2010
v Judul Artikel                  : Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk
Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Samirono Yogyakarta pada Mata Pelajaran IPS
v Sumber artikel               :
http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Penelitian/vol13no2mei2010/2010%20Mei_02%20%20Revisi%20Artikel%20Jurnal%20SD_Purwanta.pdf
v Tanggal Terbit               : 2 Mei
v Tanggal Akses               : 26 Maret 2013

2.    MENULISKAN TUJUAN PENULIS ARTIKEL
Penulis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penerapan penilaian berbasis kelas atau dikenal juga sebagai penilaian otentik terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS pada kelas IV Sekolah Dasar

3.    FAKTA UNIK DALAM ARTIKEL
·      Meski telah lebih dari 30 tahun masuk dalam kurikulum nasional Indonesia, Pendidikan IPS belum mampu menunjukkan hasil yang menggembirakan. Bahkan di masyarakat, IPS diplesetkan sebagai Ilmu Paling Sulit, karena rata-rata nilai siswa dalam Ujian Nasional relatif rendah.
·      Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran di kelas sebanyak tiga kali pertemuan pada bulan Februari 2008, ditemukan bahwa salah satu pihak yang mengubah tujuan pembelajaran IPS adalah guru, guru mempergunakan hampir seluruh jam pelajaran untuk menjelaskan materi pembelajaran IPS di depan kelas dengan metode ceramah
·      Situasi kelas yang didominasi guru mengakibatkan berkembangnya perasaan terpinggir di antara para siswa.
·      Pendominasian guru di dalam proses pembelajaran justru akan dapat menimbulkan dampak negatif, yaitu menurunnya minat baca dan kemandirian siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan, selain itu, kegiatan para siswa di kelas menjadi sangat terbatas, yaitu mendengarkan dan mencatat.
·      Dalam 3 kali observasi, guru memang memberi ruang untuk terjadinya tanya jawab. Akan tetapi, dari setiap kali pertemuan rata-rata kurang dari 10 siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan tanya jawab.
·      Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa pada minggu kedua dan ketiga bulan Februari 2008, sebagian besar siswa mengatakan paham dengan materi yang dijelaskan guru, sebagian lagi mengaku tidak paham karena tidak mendengar penjelasan guru dan malas membaca sendiri di rumah.
·      Siswa terkesan sebagai reproduktor dan bukan kreator ilmu baru yang berhasil dikonstruksinya, sebagian besar mengaku tidak senang dengan IPS karena banyak hafalan.

4.    MENGIDENTIFIKASI KONSEP YANG TERKAIT EVALUASI HASIL BELAJAR
·         Agar mengetahui mengenai tolak ukur tujuan pendidikan maka diperlukan adanya penelitian.
·         Perencanaan merupakan suatu penyusunan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dalam tahap ini dilakukan penyusunan silabus, RPP, lembar kerja siswa, tugas, soal ulangan, dan instrument observasi.
·         Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya peningkatan pembelajaran.
·         Observasi, yaitu pengamatan hasil atau dampak pelaksanaan tindakan.
·         Refleksi merupakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap kualitas proses dan hasil pembelajaran.
·         Dalam penelitian dilakukan dua siklus yaitu siklus pertama dan siklus kedua, dimana antara dua sklus ini saling berkaitan, simana dalam siklus pertama kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan/tatap muka di kelas, sedangkan dalam siklus kedua melanjutkan dari siklus pertama.
·         Pada siklus pertama, pembelajaran dalam Penelitian Kemitraan Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ini disepakati akan membahas alat komunikasi, sedang untuk siklus kedua, akan membahas alat transportasi, masing-masing siklus berlangsung selama 3 kali pertemuan guru-siswa di kelas.

5.    MANFAAT MEMBACA ARTIKEL BAGI PENGEMBANGAN PENGETAHUAN DIRI
Dari artiklel tersebut, kita dapat memperoleh beberapa informasi dan manfaat, antara lain:
·      Dapat mengetahui melalui elalui penilaian berbasis kelas, pembelajaran tidak hanya dapat dievaluasi dari sisi hasil belajar siswa, tetapi juga proses yang dilalui siswa. Dari sudut pandang ini, penilaian berbasis kelas akan memberikan evaluator gambaran yang lebih komprehensif terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan.
·      Dapat mengetahui bahwa melalui rubrik yang disusun dengan jelas dan rinci serta pemberian skor pada setiap itemnya mampu menghindarkan guru dari subyektifitas selama melakukan penilaian. Penilaian yang dilakukan menjadi dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.
·      Dapat mengetahui bahwa penerapan penilaian berbasis kelas berhasil mendorong terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran secara keseluruhan. Guru dituntut untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rubrik yang telah disusun, sehingga secara tidak langsung meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya.


LAMPIRAN JURNAL

147
PENGGUNAAN PENILAIAN BERBASIS KELAS
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES
DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV
SD NEGERI SAMIRONO YOGYAKARTA
PADA MATA PELAJARAN IPS
H. Purwanta
ABSTRACT
This collaborative action research focus on improving quality
of learning processes and result through implementation of
classroom based assessment. Research subject are fourth grade
social studies students of Samirono Elementary Public School
Yogyakarta. The research is divided into two cycles where each of
them has four steps: planning, action, observation and reflection.
Difference between the two cycles is that the second cycle depends
on the result of first cycle.
Result of the research shows that implementation of classroom
based assessment could improve students learning quality both
processes and result. Nevertheless, there are many aspects that still
need to be corrected and improved. One of the problems was
teacher performance. Teacher said in reflection session that she
was wrought up, because the coming of observer and researcher
in her class. Impact of her stress, there is a learning activity that
gone beyond. Besides her feeling, the teacher also still dominantly
implemented chalk and talk method. It could cut off the development
of students’ creativity.
Based on reflection of first cycle, in second cycle we make
breakthrough with writing teaching scenario in detail that teacher
could read it along her teaching processes. In order to optimalize
students’ creativity, in second cycle is used project method. Every
group of students has to make a replica of transportation vehicle.
Many actions that we did could improve the quality of learning
processes and result to be higher than first cycle.
H. Purwanta dosen Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Satra, Universitas
Sanata Dharma. Alamat Korespondensi: Kampus I, Mrican, Jln. Affandi,
Yogyakarta. Email: sastrosukamiskin@staff.usd.ac.id
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
148
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang
mengintegrasikan ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan
pembentukan warga negara yang baik. Meski telah lebih dari 30
tahun masuk dalam kurikulum nasional Indonesia, Pendidikan IPS
belum mampu menunjukkan hasil yang menggembirakan. Bahkan
di masyarakat, IPS diplesetkan sebagai Ilmu Paling Sulit, karena ratarata
nilai siswa dalam Ujian Nasional relatif rendah.
Kegelapan yang menyelimuti mata pelajaran IPS merupakan
fenomena yang menarik untuk dikaji dan dicari solusi alternatifnya.
Salah satu penyebab paling penting adalah berubahnya haluan IPS
dari pembentuk warga negara yang baik menjadi mata pelajaran yang
berisi pengetahuan yang harus dihapalkan oleh para siswa.
Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran di kelas
sebanyak tiga kali pertemuan pada bulan Februari 2008, ditemukan
bahwa salah satu pihak yang mengubah tujuan pembelajaran IPS
adalah guru. Guru mempergunakan hampir seluruh jam pelajaran
untuk menjelaskan materi pembelajaran IPS di depan kelas dengan
metode ceramah. Materi ceramah pun lebih banyak mengacu pada
buku teks, termasuk contoh-contoh yang diberikan. Akibatnya,
pembelajaran terkesan berpusat pada materi yang termuat dalam
buku teks.
Situasi kelas yang didominasi guru mengakibatkan
berkembangnya perasaan terpinggir di antara para siswa. Sebetulnya
semua siswa di sekolah yang dijadikan subyek penelitian telah
memiliki buku teks, sehingga mampu mempelajari isinya secara
mandiri di rumah. Dari perspektif ini, dominasi guru di dalam proses
pembelajaran justru akan dapat menimbulkan dampak negatif, yaitu
menurunnya minat baca dan kemandirian siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuan. Selain itu, kegiatan para siswa di kelas
menjadi sangat terbatas, yaitu mendengarkan dan mencatat.
Dalam 3 kali observasi, guru memang memberi ruang untuk
terjadinya tanya jawab. Akan tetapi, dari setiap kali pertemuan ratarata
kurang dari 10 siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan tanya
jawab. Ketika dicermati lebih mendalam, ternyata siswa yang aktif
relatif tetap dalam setiap pertemuan.
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
149
Setelah selesai melakukan ceramah dan tanya jawab, siswa
kemudian diajak untuk mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
terdapat di buku atau menjawab pertanyaan yang tercantum di buku.
Hasil pekerjaan siswa dikoreksi bersama, nilainya terkadang
dimasukkan ke daftar nilai, terkadang tidak. Guru juga memberikan
tugas berupa pekerjaan rumah (PR) dan dikoreksi bersama pada
pertemuan berikutnya. Sejauh ini, tugas atau PR yang diberikan tidak
terlepas dari buku teks.
Akibatnya, suasana kelas terkesan tidak kondusif, lebih sering
ramai, membosankan dan terkesan memboroskan waktu. Kalaupun
muncul suasana “tertib”, hal ini dikarenakan siswa segan pada guru.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa pada minggu kedua dan
ketiga bulan Februari 2008, sebagian besar siswa mengatakan paham
dengan materi yang dijelaskan guru. Sebagian lagi mengaku tidak
paham karena tidak mendengar penjelasan guru dan malas membaca
sendiri di rumah. Siswa terkesan sebagai reproduktor dan bukan
kreator ilmu baru yang berhasil dikonstruksinya. Sebagian besar
mengaku tidak senang dengan IPS karena banyak hapalan.
Hasil belajar siswa diketahui dengan memberikan tes tertulis
(paper and pencil test). Materi tes sama seperti materi presentasi
guru yang diambil dari buku teks. Beberapa materi memiliki unsur
penerapan konsep namun dalam soal tidak ada pengembangan lebih
lanjut bahkan untuk contoh-contoh aplikasi juga menyerupai yang
tertulis pada buku teks. Aspek penilaian afektif dan psikomotor
belum nampak, baik dalam proses maupun hasil pembelajaran.
Partisipasi siswa tidak langsung dinilai namun “dicatat dalam
memori” guru untuk dituliskan dalam rapor. Secara garis besar hasil
perolehan nilai pada mata pelajaran ini tergolong cukup.
Ketika dilakukan wawancara dengan seorang guru, dia
menjelaskan bahwa tuntutan Kompetensi Dasar yang ditetapkan
pemerintah mengakibatkan materi mata pelajaran IPS sangat banyak,
sedang waktu yang tersedia hanya dua kali pertemuan setiap
minggunya. Dia juga menjelaskan bahwa tanggung jawab guru SD
tidak hanya mengajar, tetapi juga administrasi kelas dan sekolah.
Hal itu menjadikan dia hanya mengandalkan buku teks sebagai
sumber belajar-mengajar.
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
150
1.2 Permasalahan
Dari berbagai permasalahan pembelajaran yang ditemukan di
lapangan, penelitian akan difokuskan pada peningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dengan melalui penggunaan penilaian
berbasis kelas. Apabila dirumuskan dalam bentuk pertanyaan,
permasalahan menjadi: bagaimana menggunakan penilaian berbasis
kelas untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
IPS?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penerapan
penilaian berbasis kelas atau dikenal juga sebagai penilaian otentik
terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS
pada kelas IV Sekolah Dasar.
2. SUBYEK PENELITIAN
Penelitian ini merupakan PTK kolaboratif dalam ar ti
melibatkan guru kelas untuk melakukan tindakan tertentu dalam
pembelajarannya. Subyek penelitian mengambil siswa kelas IV SD
Negeri Samirono Yogyakarta. Dipilihnya SD Negeri Samirono
Yogyakarta, karena latar belakang sosial ekonomi para siswanya ratarata
berasal dari kelas bawah kaum urban. Orang tua mereka bekerja
pada sektor informal, seperti penjual bakso, tukang becak, buruh
dan pedagang kaki lima. Jumlah siswa kelas IV adalah 26 anak
dengan seorang guru kelas yang bernama Tri Murwaningsih, S.Pd.
3. METODE PENELITIAN
Kegiatan ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Setiap
siklus melalui tahapan: perencanaan-tindakan-observasi-refleksi
sebagai berikut:
1) Perencanaan, yaitu penyusunan rencana tindakan yang akan
dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dalam tahap
ini dilakukan penyusunan silabus, RPP, lembar kerja siswa,
tugas, soal ulangan, dan instrument observasi.
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
151
2) Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya
peningkatan pembelajaran.
3) Observasi, yaitu pengamatan hasil atau dampak pelaksanaan
tindakan.
4) Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil
observasi terhadap kualitas proses dan hasil pembelajaran.
3.1 Siklus Pertama
Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam tiga kali
pertemuan/tatap muka di kelas. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
1. Perencanaan:
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa
penyiapan kegiatan pembelajaran, yang meliputi:
a. Peneliti menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan
para siswa yang tergolong berkemampuan rendah, sedang, atau
tinggi, dan membagi mereka secara heterogen menjadi
kelompok-kelompok beranggotakan 4 orang. Peneliti menyusun
perangkat pembelajaran untuk materi yang ditetapkan, meliputi:
RPP, LKS, dan format jurnal guru.
b. Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:
1) Kriteria keberhasilan proses dan hasil belajar siswa
berdasarkan pelaksanaan tindakan (lihat Tabel 2);
2) Instrumen observasi partisipasi siswa dalam diskusi kelas;
3) Instrumen observasi interaksi antarsiswa dalam kegiatan
kelompok;
4) Lembar penilaian proyek;
5) Lembar penilaian kemampuan siswa mengerjakan LKS;
6) Lembar penilaian kemampuan kelompok mengerjakan
ulangan;
7) Lembar penilaian kemampuan siswa memperagakan tugas;
dan
8) Lembar penilaian produk yang dihasilkan siswa
c. Validasi perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan
data oleh ahli pembelajaran. Berdasarkan masukan ahli, tim
melakukan revisi yang perlu.
d. Peneliti merekrut para observer yang akan memantau kegiatan
setiap kelompok secara tersamar agar subyek penelitian dapat
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
152
berperilaku sewajar mungkin. Para observer adalah para
mahasiswa semester IV.
e. Peneliti melakukan pelatihan bagi para obser ver untuk
menyamakan persepsi tentang pengisian instrumen observasi.
f. Peneliti dan observer melakukan simulasi pelaksanaan tindakan.
g. Peneliti menyiapkan teknis perekaman kegiatan perkuliahan
menggunakan video camcorder.
2. Tindakan:
Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran sesuai
dengan rencana tindakan, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Guru melakukan presentasi materi pelajaran
b. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok heterogen
beranggotakan 4 orang dan membagikan lembar kerja untuk
tiap kelompok. Siswa dalam kelompok mengerjakan lembar
kerja, sementara peneliti berkeliling memantau kegiatan
tersebut.
c. Peneliti dan mahasiswa mendiskusikan dan mengoreksi hasil
kerja kelompok secara bersama.
d. Peneliti memberi soal kuis (secara lisan atau tertulis), dan siswa
mengerjakannya secara individual.
e. Guru memberikan tugas untuk pertemuan selanjutnya
3. Observasi:
Tahap ini dilaksanakan bersamaan waktunya dengan tahap
Tindakan. Pada tahap ini, dilaksanakan pengamatan oleh
observer (kepala sekolah) dan peneliti atas hasil atau dampak
pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan dengan bantuan
instrumen observasi dan dilengkapi perekaman dengan video
camcorder.
4. Refleksi:
Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan
penyimpulan hasil observasi terhadap kualitas proses dan hasil
pembelajaran. Ada dua macam refleksi yang dilakukan, yaitu:
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
153
a. Refleksi segera setelah pertemuan berakhir, digunakan untuk
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran
dan pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan
berikutnya (penyesuaian rencana pembelajaran dan/atau
tindakan yang perlu disempurnakan).
b. Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk
mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai indikator
keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis pertamatama
ketua peneliti melakukan refleksi diri dahulu dan anggota
peneliti melakukan refleksi atas pengamatannya, lalu dilakukan
refleksi bersama dan diskusi penyempurnaan tindakan untuk
dilaksanakan dalam siklus kedua.
3.2 Siklus Kedua
Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada
dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya tindakannya yang
berbeda. Tindakan pada siklus kedua ditentukan berdasarkan hasil
refleksi siklus pertama. Sama seperti pada siklus pertama, tindakan
pada siklus kedua dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan/tatap
muka di kelas. Meskipun demikian, pokok bahasan yang dipelajari
berbeda. Apabila pada siklus pertama membahas masalah alat
komunikasi, pada siklus kedua pembelajaran akan difokuskan pada
alat transportasi. Indikator keoptimalan proses dan hasil belajar pada
kedua siklus disajikan dalam Tabel di bawah ini.
Indikator
Komponen Keberhasilan Deskriptor Instrumen
Tindakan
Siklus I Siklus II
Kemampuan siswa 25% 40% Jumlah siswa yang memperoleh Lembar
memperagakan tugas nilai di atas 65 dibagi jumlah pengamatan
seluruh siswa
Partisipasi siswa 20% 25% Jumlah siswa yang mengajukan Lembar
dalam mengajukan pertanyaan/ide dibagi jumlah pengamatan
pertanyaan/ide dalam seluruh siswa
diskusi kelas
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
154
Indikator
Komponen Keberhasilan Deskriptor Instrumen
Tindakan
Siklus I Siklus II
Interaksi antar siswa 30% 40% Jumlah siswa yang berinteraksi Lembar
dalam kelompok (berbagi informasi, berbagi tafsiran, pengamatan
negosiasi makna) dalam pemecahan
masalah di kelompok dibagi jumlah
siswa dalam kelompok
Hasil penilaian diri 25% 35% Jumlah siswa yang memperoleh Angket
skor rerata di atas 2,5 (skala 1 – 3)
dibagi jumlah seluruh siswa
Kemampuan siswa 25% 35% Jumlah produk yang memperoleh Dokumen
menyusun produk nilai di atas 65 dibagi jumlah
keseluruhan produk
Kemampuan siswa 25% 35% Jumlah portofolio yang mendapat Dokumen
membuat portofolio nilai di atas 65 dibagi jumlah
portofolio
Kemampuan 50% 55% Jumlah kelompok yang mendapat Lembar kerja
kelompok nilai di atas 65 dibagi jumlah
mengerjakan lembar kelompok
kerja
Daya serap siswa 40% 50% Jumlah siswa yang memperoleh Kuis di setiap
nilai kuis diatas 65 dibagi jumlah akhir siklus
seluruh siswa
4. HASIL PENELITIAN
Pada siklus pertama, pembelajaran dalam Penelitian Kemitraan
Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk Meningkatkan Kualitas
Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) ini disepakati akan membahas alat
komunikasi, sedang untuk siklus kedua, akan membahas alat
transportasi. Masing-masing siklus berlangsung selama 3 kali
pertemuan guru-siswa di kelas, seperti tergambar pada tabel di
bawah ini.
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
155
Tanggal Siklus/Pertemuan Penilaian Berbasis Kelas yang Digunakan
Siklus 1
21-04-2008 Pertemuan 1 Penilaian Unjuk Kerja, Penilaian Sikap, Kuesioner,
Test pada Lembar Kerja.
22-04-2008 Pertemuan 2 Penilaian Produk dan Penilaian Diri
23-04-2008 Pertemuan 3 Penilaian Portofolio dan Test Tertulis
Siklus 2
29-04-2008 Pertemuan 1 Penilaian Unjuk Kerja, Penilaian Sikap, Penilaian Diri
dan Test pada Lembar Kerja
30-04-2008 Pertemuan 2 Penilaian Unjuk Kerja, Penilaian Portofolio
1-05-2008 Pertemuan 3 Penilaian Unjuk Kerja, Penilaian Produk,
4.1 Siklus Pertama
Pada tahap persiapan berhasil disusun rancangan pembelajaran
untuk pokok bahasan alat komunikasi dengan indikator sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi contoh alat komunikasi
2. Menjelaskan fungsi alat komunikasi
3. Mempraktikkan penggunaan alat komunikasi
4. Mengidentifikasikan jenis teknologi komunikasi satu arah dan
dua arah
5. Membuat model alat komunikasi sesuai dengan keinginannya
6. Mengidentifikasi 3 dari 4 perbedaan teknologi masa kini dan
masa lampau.
7. Mengevaluasi teknologi komunikasi masa kini.
8. Mengembangkan imajinasi tentang teknologi masa depan.
Pada tahap ini juga berhasil disusun penilaian berbasis kelas
untuk masing-masing indikator, termasuk di dalamnya penyusunan
rubrik penilaian.
Pada tahap pelaksanaan, penelitian relatif lancar. Pada saat
melaksanakan pembelajaran guru tampak kaku, seperti terlihat dari
hasil penilaian kinerja guru yang dilakukan kepala sekolah selama
penelitian berlangsung.
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
156
INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU IPS
(Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran)
1. NAMA GURU: .............................................. Tri Murwaningsih, S.Pd.
2. NIP/NIK: ....................................................... 130566583
3. SEKOLAH: ................................................... SDN Samirono Yogyakarta
4. KELAS: ......................................................... IV
5. MATA PELAJARAN: ..................................... IPS
6. MATERI PEMBELAJARAN: ......................... Telekomunikasi
7. WAKTU: ....................................................... 70 menit
8. TANGGAL: ................................................... 21/4/08 22/4/08 23/4/08
No Indikator/Aspek yang Diamati Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
I Prapembelajaran
1 Kesiapan ruang, alat pembelajaran, v v v
dan media
2 Memeriksa kesiapan siswa v v v
II Membuka Pembelajaran
1 Melakukan kegiatan apersepsi v v v
2 Menyampaikan kompetensi yang akan v v v
dicapai dan rencana kegiatan
III Kegiatan Inti Pembelajaran
A Penguasaan materi pelajaran
1 Menunjukkan penguasaan materi ½ ½ v v
pembelajaran
2 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain v v v
B Pendekatan/strategi pembelajaran
1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan v v v
kompetensi yang akan dicapai
2 Melaksanakan pembelajaran secara runtut v v v
3 Menguasai kelas v v v
4 Melaksanakan pembelajaran yang v v v
bersifat kontekstual
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
157
No Indikator/Aspek yang Diamati Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
5 Melaksanakan pembelajaran yang ½ ½ v v
memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif
(nurturant effect)
6 Melaksanakan pembelajaran sesuai v v v
dengan alokasi waktu yang direncanakan
C Pemanfaatan sumber belajar /media
pembelajaran
1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan ½ ½ v v
sumber belajar/media pembelajaran
2 Menghasilkan pesan yang menarik v v v
3 Melibatkan siswa dalam pembuatan dan/atau v v v
pemanfaatan sumber belajar/media
pembelajaran
D Pembelajaran yang memicu
dan memelihara keterlibatan siswa
1 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui v v v
interaksi guru, siswa, dan sumber belajar
2 Merespon positif partisipasi siswa v v v
3 Menunjukkan sikap terbuka terhadap v v v
respons siswa
4 Menunjukkan hubungan antarpribadi v v v
yang kondusif
5 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme v v v
siswa dalam belajar
E Penilaian proses dan hasil belajar
1 Memantau kemajuan belajar v v v
2 Melakukan penilaian akhir sesuai v v v
dengan kompetensi
F Penggunaan bahasa
1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas v v v
dan lancar
2 Menggunakan bahasa tulis yang baik v v v
dan benar
3 Menyampaikan pesan dengan gaya v v v
yang sesuai
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
158
No Indikator/Aspek yang Diamati Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
IV Penutup
1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman v ½ ½ ½ ½
dengan melibatkan siswa
2 Melaksanakan tindak lanjut dengan
memberikan arahan, atau kegiatan,
atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan v v v
Meski pembelajaran yang dilakukan masih jauh dari optimal,
tetapi tampaknya tetap lebih baik daripada sebelum dilaksanakan
penelitian. Hal itu terlihat dari pencapaian indikator keberhasilan
penelitian yang telah ditetapkan.
Indikator
Komponen Keberhasilan Deskriptor Instrumen
Tindakan Siklus
Target Hasil
Kemampuan siswa 25% 58% Jumlah siswa yang memperoleh Tercapai
memperagakan tugas nilai di atas 65 jumlah seluruh siswa
Partisipasi siswa 20% 0% Jumlah siswa yang mengajukan Tidak terlaksana
dalam mengajukan pertanyaan/ide dibagi jumlah
pertanyaan/ide dalam seluruh siswa
diskusi kelas
Interaksi antarsiswa 30% 53% Jumlah siswa yang berinteraksi Tercapai
dalam kelompok (berbagi informasi, berbagi tafsiran,
negosiasi makna) dalam pemecahan
masalah di kelompok dibagi jumlah
siswa dalam kelompok
Hasil penilaian diri 25% 38% Jumlah siswa yang memperoleh Tercapai
skor rerata di atas 2,5 (skala 1 – 3)
dibagi jumlah seluruh siswa
Kemampuan siswa 25% 0% Jumlah produk yang memperoleh Didiskualifikasi
menyusun produk nilai di atas 65 dibagi jumlah
keseluruhan produk
Kemampuan siswa 25% 15% Jumlah portofolio yang mendapat Tidak tercapai
membuat portofolio nilai di atas 65 dibagi jumlah
portofolio
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
159
Indikator
Komponen Keberhasilan Deskriptor Instrumen
Tindakan Siklus
Target Hasil
Kemampuan 50% 92% Jumlah kelompok yang mendapat Tercapai
kelompok nilai di atas 65 dibagi jumlah
mengerjakan lembar kelompok
kerja
Daya serap siswa 40% 50% Jumlah siswa yang memperoleh Tercapai
nilai kuis di atas 65 dibagi jumlah
seluruh siswa
Dari tabel di atas terlihat bahwa pelaksanaan pembelajaran
menghadapi kendala:
1. Meskipun telah tercantum dalam skenario pembelajaran,
diskusi kelas tidak dapat dilaksanakan.
2. Pembuatan produk berbentuk model alat komunikasi terpaksa
didiskualifikasi dari penilaian, karena dalam pelaksanaannya
guru terlalu banyak intervensi, sehingga hasil karyanya tidak
dapat dikategorikan sebagai hasil kreativitas dan keterampilan
siswa.
3. Penyusunan portofolio tidak mencapai target yang telah
ditetapkan.
Pada saat dilakukan refleksi bersama atas siklus pertama
terungkap bahwa:
1. Kekakuan guru saat pelaksanaan pembelajaran disebabkan oleh
ketegangan psikologis akibat diamati oleh beberapa orang,
termasuk di dalamnya kepala sekolah. Ketegangan guru
mengakibatkan tidak hanya terlewatkannya beberapa tahap
pembelajaran, tetapi juga kesalahan material seperti penyebutan
mesin faksimile sebagai email.
2. Kekurangsabaran guru dalam mendampingi siswa saat
melakukan aktivitas pembuatan model alat komunikasi. Guru
mengarahkan semua siswa untuk membuat model handphone
seperti yang telah dipersiapkannya. Akibatnya rubrik penilaian
yang telah disusun tidak dapat menggambarkan realitas yang
sesungguhnya.
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
160
3. Penyusunan portofolio yang pada siklus pertama berupa
pembuatan karangan tentang alat komunikasi masa kini, gambar
alat komunikasi imajinatif masa depan beserta deskripsi cara
kerjanya mengalami kegagalan, karena para siswa terbiasa
dengan model pembelajaran chalk and talk dan guru belum
pernah menggunakan pendekatan konstruktivisme. Akibatnya
siswa menghadapi kesulitan untuk mengkonstruksi
pengetahuan secara mandiri.
4.2 Siklus Kedua
Berdasarkan hasil refleksi terhadap pelaksanaan siklus pertama,
pada siklus kedua dilakukan perbaikan atau pengembangan
pembelajaran terutama dari aspek guru sebagai ujung tombaknya.
Inti pengembangan yang dilakukan adalah penerapan pendekatan
konstruktivisme yang memberi ruang (kegiatan dan waktu) bagi
siswa untuk menemukan dan mengkonstruk pengetahuan secara
lebih mandiri tentang alat transportasi yang menjadi pokok
bahasan pada siklus kedua.
Dari aspek penilaian berbasis kelas, untuk mengembangkan
proses pembelajaran, disepakati bahwa pada siklus kedua akan
diimplementasikan: (1) penilaian kinerja, (2) penilaian sikap, (3)
penilaian produk, (4) tes tertulis dan tugas LKS, (5) penilaian diri,
(6) portofolio, (7) proyek.
Dengan berbekal pendekatan yang akan digunakan dan
penilaian berbasis kelas yang akan diterapkan, selanjutnya disusun
indikator, rencana dan skenario pembelajaran, serta alat bantu dan
media pembelajaran. Indikator pada siklus kedua adalah (1)
mengidentifikasi contoh alat transportasi, (2) menjelaskan fungsi alat
transportasi, (3) mengkategorisasi alat transportasi kuno, tengah,
dan modern, (4) menjelaskan keuntungan dan kerugian
menggunakan alat transportasi modern, (5) mengidentifikasi alat
transportasi pribadi dan umum, (6) menjelaskan pengalaman
penggunaan alat transportasi umum, (7) membuat prototipe alat
transportasi dengan lengkap dan rapi.
Setelah semuanya dipandang cukup, siklus kedua dilaksanakan
dari tanggal 29 April sampai dengan 1 Mei 2008. Secara garis besar,
hasil penelitian pada siklus kedua adalah sebagai berikut:
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
161
INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU IPS
(Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran)
1. NAMA GURU: .............................................. Tri Murwaningsih, S.Pd.
2. NIP/NIK: ....................................................... 130566583
3. SEKOLAH: ................................................... SDN Samirono Yogyakarta
4. KELAS: ......................................................... IV
5. MATA PELAJARAN: ..................................... IPS
6. MATERI PEMBELAJARAN: ......................... Telekomunikasi
7. WAKTU: ....................................................... 70 menit
8. TANGGAL: ................................................... 29/4/08 30/4/08 1/5/08
No Indikator/Aspek yang Diamati Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
I Prapembelajaran
1 Kesiapan ruang, alat pembelajaran, v v v
dan media
2 Memeriksa kesiapan siswa v v v
II Membuka Pembelajaran
1 Melakukan kegiatan apersepsi v v v
2 Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai v v v
dan rencana kegiatan
III Kegiatan Inti Pembelajaran
A Penguasaan materi pelajaran
1 Menunjukkan penguasaan materi v v v
pembelajaran
2 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain v v v
yang relevan
B Pendekatan/strategi pembelajaran
1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan v v v
kompetensi yang akan dicapai
2 Melaksanakan pembelajaran secara runtut v v v
3 Menguasai kelas v v v
4 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat v v v
kontekstual
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
162
No Indikator/Aspek yang Diamati Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
5 Melaksanakan pembelajaran yang memung v v v
kinkan tumbuhnya kebiasaan positif
(nurturant effect)
6 Melaksanakan pembelajaran sesuai v v v
dengan alokasi waktu yang direncanakan
C Pemanfaatan sumber belajar/
media pembelajaran
1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan v v v
sumber belajar/media pembelajaran
2 Menghasilkan pesan yang menarik v v v
3 Melibatkan siswa dalam pembuatan dan/atau v v v
pemanfaatan sumber belajar/media
pembelajaran
D Pembelajaran yang memicu
dan memelihara keterlibatan siswa
1 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui v v v
interaksi guru, siswa, dan sumber belajar
2 Merespons positif partisipasi siswa v v v
3 Menunjukkan sikap terbuka terhadap v v v
respons siswa
4 Menunjukkan hubungan antarpribadi yang v v v
kondusif
5 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme v v v
siswa dalam belajar
E Penilaian proses dan hasil belajar
1 Memantau kemajuan belajar v v v
2 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan v v v
kompetensi
F Penggunaan bahasa
1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas v v v
dan lancar
2 Menggunakan bahasa tulis yang baik v v v
dan benar
3 Menyampaikan pesan dengan gaya v v v
yang sesuai
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
163
No Indikator/Aspek yang Diamati Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
IV Penutup
1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman ½ ½ v v
dengan melibatkan siswa
2 Melaksanakan tindak lanjut dengan v v v
memberikan arahan, atau kegiatan,
atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan
Dari instrumen penilaian terlihat bahwa kinerja guru mengalami
perkembangan relatif baik. Pada hari pertama guru masih kesulitan
untuk mengurangi dominasinya dalam proses pembelajaran,
terutama saat dalam interaksi dengan siswa dan sumber belajar.
Guru langsung menjelaskan secara rinci, sehingga mempersempit
ruang siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan. Selain itu,
bahasa yang digunakan guru masih terlalu formal, sehingga
cenderung menjadikan siswa menyerapnya sebagai hapalan.
Kesulitan guru secara bertahap dapat diatasi pada hari-hari
berikutnya, meski belum dapat dikategorikan sebagai sangat baik.
Peningkatan yang signifikan pada kemampuan guru
menghasilkan peningkatan kualitas pembelajaran. Hal itu dapat
disimak dari hasil penilaian berbasis kelas untuk siklus kedua di
bawah ini.
Indikator
Komponen Keberhasilan Deskriptor Instrumen
Tindakan Siklus II
Target Hasil
Kemampuan siswa 40% 62% Jumlah siswa yang memperoleh Tercapai
memperagakan tugas nilai di atas 66 dibagi jumlah seluruh
siswa
Partisipasi siswa 25% 38% Jumlah siswa yang mengajukan Tercapai
dalam mengajukan pertanyaan/ide dibagi jumlah
pertanyaan/ide dalam seluruh siswa
diskusi kelas
Interaksi antarsiswa 40% 77% Jumlah siswa yang berinteraksi Tercapai
dalam kelompok (berbagi informasi, berbagi tafsiran,
negosiasi makna) dalam pemecahan
masalah di kelompok dibagi jumlah
siswa dalam kelompok
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
164
Indikator
Komponen Keberhasilan Deskriptor Instrumen
Tindakan Siklus II
Target Hasil
Hasil penilaian diri 35% 65% Jumlah siswa yang memperoleh Tercapai
skor rerata di atas 2,5 (skala 1 – 3)
dibagi jumlah seluruh siswa
Kemampuan siswa 35% 90% Jumlah produk yang memperoleh Tercapai
menyusun produk nilai di atas 65 dibagi jumlah
keseluruhan produk
Kemampuan siswa 35% 67% Jumlah portofolio yang mendapat Tercapai
membuat portofolio nilai di atas 65 dibagi jumlah
portofolio
Kemampuan kelompok 55% 100% Jumlah kelompok yang mendapat Tercapai
mengerjakan lembar nilai di atas 65 dibagi jumlah
kerja kelompok
Daya serap siswa 50% 99% Jumlah siswa yang memperoleh Tercapai
nilai kuis diatas 65 dibagi jumlah
seluruh siswa
Dari tabel capaian siklus kedua terlihat bahwa secara
keseluruhan semua target dapat tercapai. Bahkan kemampuan siswa
dalam menyusun produk yang berupa pembuatan replika alat
transportasi sangat tinggi, yaitu 90%. Dengan antusias para siswa
berdiskusi untuk memutuskan alat transportasi yang akan dibuat
replika, mengidentifikasi perlengkapan yang diperlukan, membagi
tugas secara demokratis dan bekerja sama dalam pembuatan.
Realitas itu menunjukkan pemahaman lama yang mengatakan bahwa
apabila diberi kebebasan siswa akan liar lebih merupakan mitos.
Meski semua target dapat tercapai, dari skor pencapaian perlu
diperhatikan bahwa diskusi kelas perlu lebih dikembangkan. Dengan
skor 38% menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum ikut
berpartisipasi dalam diskusi kelas.
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
165
5. KESIMPULAN
Dari penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan guru dan
kepala sekolah yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri
Samirono Yogyakarta dapat diambil kesimpulan antara lain:
1. Melalui penilaian berbasis kelas, pembelajaran tidak hanya
dapat dievaluasi dari sisi hasil belajar siswa, tetapi juga proses
yang dilalui siswa. Dari sudut pandang ini, penilaian berbasis
kelas akan memberikan evaluator gambaran yang lebih
komprehensif terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan.
2. Melalui rubrik yang disusun dengan jelas dan rinci serta
pemberian skor pada setiap itemnya mampu menghindarkan
guru dari subyektifitas selama melakukan penilaian. Penilaian
yang dilakukan menjadi dapat dipertanggungjawabkan secara
akademik.
3. Penerapan penilaian berbasis kelas berhasil mendorong
terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran secara
keseluruhan. Guru dituntut untuk melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan rubrik yang telah disusun, sehingga secara tidak
langsung meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dilaksanakannya.
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
166
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Linsay Ann. 1999. Adult ESL Student Attitudes Towards
Performance Based Assessment. Tersedia pada http://
www.collectionscanada.ca/obj/s4/f2/dsk1/tape7/
PQDD_0002/MQ45956.pdf. Diakses pada tanggal 25
Agustus 2007.
Dasim Budimansyah. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian
Portofolio. Bandung: PT. Genesindo.
Depdiknas. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,
Buku 5: Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning). Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Depdiknas. 2004. Pedoman Umum Pengembangan Penilaian
Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama.
Epstein, Andrew. 2006. Assessment the Portfolio Process. Tersedia
pada http://www.teacher vision.fen.com/teachingmethods/
exp-educ/4537.html. Diakses pada tanggal 31
Agustus 2006
Fajar, Arnie M. P. 2002. Por tfolio dalam Pembelajaran IPS.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
George, Paul. 1995. What is Portfolio Assessment Really and How
Can I Use It in My Classroom? Gainesville, FL: Teacher
Education Resources. Tersedia pada http://wwwpgcps.pg.
k.12.md.us/~elc/potfolio1. html. Diakses pada tanggal 31
Agustus 2007.
Hard, D. 1994. Authentic Assessment: A Hardbook for Educators.
Menlo Park, CA; Addision-Wesley Pub Co. Tersedia pada
http://www.teacher vision.fen.com/teaching-methods/
grading/5942.html. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2006.
Gronlund, Norman E. 1998. Assesment of Student Achievment Sixth
Edition. Boston: Allyn and Bacon.
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
167
Hopkins, D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Edisi
ke-2. Buckingham: Open University Press.
Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching and Learning: What It Is
and Why It’s Here to Stay. Thousand Oaks, California:
Corwin Press.
Jonassen, D. 1999. “Designing Constr uctivist Lear ning
Environments”. in C.M. Reigeluth (Ed.). Instructional-
Design Theories and Models, Volume II. Mahwah, New
Jersey: Lawrence Erlbaum.
Joyce, B. & Weil, M. 1996. Models of Teaching. Edisi ke-5. Boston:
Allyn & Bacon.
Kagan, S. 1992. Cooperative Learning. Edisi ke-10. San Juan
Capistrano, CA: Kagan Cooperative Learning.
Kemmis S. & McTaggart C. 1988. The Action Research Planner.
Deakin: Deakin University Press.
Kemp, J & Toperoff, D. 1998. Guidelines for Portfolio Assessment
in Teaching English. Tersedia pada http://www.anglit.net/
main/portofolio/default.html. Diakses pada tanggal 31
Agustus 2006.
Mardapi, D., dkk. 2001. Pola Induk Pengembangan Sistem
Pengujian Hasil Belajar Berbasis Kemampuan Dasar Siswa
Sekolah Menengah Umum. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan
Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nelson, L. M. 1999. “Collaborative Problem Solving. Dalam
Reigeluth”. C.M. (Ed.), Instructional-Design Theories and
Models, Volume II: A New Paradigm of Instructional Theory.
Mahwah, NJ.: Lawrence Erlbaum.
Paulson, F. Leon, PasrI R. & Meyer, Carol A. 1991. What makes a
Portofolio? Eight thoughtful guidelines will help educators
encourage self-directed learning. Educational Leadership.
February.
Paulson, F. Leon, P. R. & Meyer, Carol A. 1991. What makes a
Portofolio? Eight thoughtful guidelines will help educators
encourage self-directed learning. Educational Leadership.
February.
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
168
Saunders, Pearl. I. 1996. A Pilot Program: Por tfolio-Based
Instruction in Developmental of Pre-College Writing Courses.
Tersedia pada http://eric.ed.gov/ERICWebPor tal/
custom/portlets/recordDetails/detailmini.jsp?_nfpb=
true&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=ED398590&
ERICExtSearch_SearchType_0=eric_accno&accno=
ED398590Eric. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2007.
Sewel, Meg., Marczak, Mary., Horn, Melanie. 2006. The Use of
Portfolio Assessment in Evaluation. Tersedia pada http://
ag.arizona.edu/fcs/cyfernet/cyfar/Potfo~3.html. Diakses
pada tanggal 31 Agustus 2006.
Smith, B. L., & MacGregor, J. 1992. “What is collaborative
learning?”. Dalam Goodsell, A., Maher, M., Tinto, V., Smith,
B.L., & MacGregor, J. (Eds.). Collaborative Learning: A
Sourcebook for Higher Education. Pennsylvania State
University: National Center on Postsecondary Teaching,
Learning, and Assessment.
Sumaji. 2004. ”Studi tentang Efektivitas Pembelajaran Matematika
dengan Model Portofolio”. MIPA. Vol 14, No. 1, Januari
2004: p 32-39.
Suwarsih Madya. 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta:
Lembaga Penelitian IKIP YOGYAKARTA.
Tim Pengembang PPL. 2007. Pedoman Pengajaran Mikro FKIP,
USD, Edisi II. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
The Dapartment of Staff Development. 2006. Why Use a Portfolio.
Tersedia pada http://www.pgcps.pg.k.12.md.us/~elc/
portfolio.html. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2006.